Setiap menyambut Ramadhan, SCTV selalu punya kesibukan khusus. Di antaranya menyiapkan sinetron dengan tema Ramadhan, pengajian Ramadhan, serta menyiapkan Tunjangan Hari Raya untuk karyawannya (gosip di kalangan office boy, THR kali ini konon besarannya lima kali gaji lho).
Tak hanya SCTV, grup musik GIGI pun punya tradisi menyambut Ramadhan. Gampang ditebak, Ramadhan kali ini mereka juga menelorkan album baru, Jalan Kebenaran. Dalam rangka itu pula, Minggu pagi 24 Agustus lalu, empat musisi muncul di studio Liputan 6. Seperti direncanakan, GIGI akan mengisi dialog pagi di segmen terakhir Liputan 6 Pagi SCTV.
Kedatangan mereka terbilang istimewa, karena pagi itu bertepatan dengan Ulang Tahun ke-18 SCTV, kendati perayaannya sudah berlangsung sepekan sebelumnya dengan acara Family-Employee Gathering serta peluncuran logo dan studio baru Liputan 6 SCTV. Tapi, paling tidak usai tayangan Liputan 6 Pagi, masih ada acara pemotongan kue di ruang rapat.
Tapi, bukan itu yang menjadi catatan dalam postingan ini. Fokus kali ini adalah pada grup band GIGI. Kelompok musik dengan empat personel ini adalah salah satu grup musik papan atas di Tanah Air. Bedanya dengan yang lain, GIGI tak pernah berada paling atas, tapi juga tak pernah tenggelam. GIGI beberapa kali ganti personel, tapi karyanya tak pernah absen. GIGI terhitung jarang tampil di berita gosip, tapi siapa yang tak kenal dengan Armand Maulana atau Dewa Budjana.
Intinya, Armand dan kawan-kawan adalah sedikit dari sekian banyak grup musik yang masih bertahan di Tanah Air, di usia mereka yang memasuki tahun ke-15 pada Maret tahun depan. GIGI pula yang bisa dianggap punya track record bersih. Alih-alih mencari kabar buruk dari mereka, yang kita dengar selalu kabar baik. Konser yang sukses di negeri jiran, albumnya yang mendapat puja dan puji, keluarga para personel yang harmonis, serta persahabatan mereka yang melewati batas-batas perbedaan.
Karena itu, betapa terenyuhnya mendengar Budjana bercerita bagaimana dia ikut menemani personel GIGI lainnya saat ngabuburit. Betapa indahnya mendengar petikan gitar pria ini saat mengiringi Armand menyanyikan tembang Ramadhan sebelum mengakhiri dialog pagi itu di studio Liputan 6.
Banyak yang bisa dipelajari dari persahabatan Armand, Budjana, Thomas, dan Handy. Meski nama grup mereka terbilang irit dan bisa masuk Museum Rekor Indonesia (sebagai grup musik yang memiliki nama menggunakan satu huruf vokal dan satu konsonan), pengalaman batin yang mereka semaikan sungguh tak terhitung. Berteman, berkarya, dan berbuat baik tak harus selalu melihat kepada persamaan. Bahkan, di dalam perbedaan kita bisa menjadi lebih dewasa dan tak berpikiran sempit.
Suatu pagi di penghujung tahun 1995, saya bertamu ke rumah Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution di Jalan Teuku Umar No. 40, Jakarta Pusat. Dalam sebuah percakapan sembari sarapan pagi di meja makan yang sederhana, jenderal yang dikenal puritan ini berkata bahwa nurani manusia sebenarnya tak bisa dibohongi dengan perbedaan-perbedaan yang dibuat manusia.
"Apakah ketika melihat seseorang yang sedang tergeletak ditabrak sepeda motor di tengah jalan, kamu akan bertanya dulu apa agama, suku, atau pekerjaannya sebelum memutuskan untuk menolong," tanya beliau. Saya tak menjawab dan hanya diam, karena saya yakin beliau sudah tahu jawabannya.
Kejadian itu pula yang kembali teringat saat menyaksikan empat musisi hebat ini diwawancarai Mohamad Achir. Bahkan, ketika kru Liputan 6 yang awalnya tampak tak peduli, namun berebut ingin berfoto bersama ketika commercial break, saya hanya bisa diam. Di dalam hati saya berharap, semoga Ramadhan tahun depan GIGI masih bisa hadir di Studio Oranye ini.***
[untuk memperbesar gambar silahkah di-klik]


















