Kamis, 21 Maret 2013
Hari ini salah satu agenda Presiden SBY adalah menghadiri penyerahan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak penghasilan (PPh) orang pribadi tahun 2012 di Gedung Kementerian Keuangan, Jalan Dokter Wahidin, Jakarta Pusat. Saya pun ikut meliput acara yang dimulai pukul 11 siang itu.
Naik bus patas AC dari rumah, kebetulan tak perlu menyambung dengan TransJakarta untuk sampai di kawasan Lapangan Banteng, tempat Menteri Keuangan Agus Martowardojo berkantor itu. Namun, tetap saja saya keringetan ketika turun bus. Selain karena sulitnya merasa sejuk di bus yang katanya berpenyejuk udara itu, cuaca siang ini juga lumayan terik.
Ketika tiba di Gedung Juanda I, saya diarahkan ke tempat para wartawan yang tengah berkumpul. Hampir semuanya mengenakan tanda pengenal yang cukup besar dan dikalungkan di leher. Melihat besarnya ukuran identitas wartawan yang diberikan pelaksana acara dari Kementerian Keuangan ini, saya jadi ingat masa-masa jadi panitia seminar atau Opspek saat masih kuliah dulu.
Yang jelas banyak sekali wartawan yang berkumpul dan menantikan kedatangan Presiden. Ini wajar, karena hari ini acara juga akan dihadiri oleh Wakil Presiden RI, pimpinan lembaga tinggi negara, hingga menteri kabinet. Bisa dibayangkan, hari ini wartawan yang biasa ngepos di berbagai instansi, berkumpul di Kemenkeu sehingga jumlahnya lumayan banyak. Namun, sangat sedikit wajah-wajah wartawan Istana yang saya temui.
Seperti wartawan lainnya, saya pun menuju meja registrasi di dekat tangga menuju lokasi acara, Aula Mezzanine. Saya menuliskan nama dan identitas lainnya di buku tamu dan kemudian salah seorang dari dua wanita yang bertugas di meja registrasi dengan senyum manis menyerahkan kotak yang saya bisa pastikan isinya makanan kecil.
Namun, saya tak diberi identitas berkalung pita kuning seperti wartawan lainnya. Ketika saya bertanya dan meminta tanda pengenal itu, wanita ini malah bertanya, "Mas ini wartawan Istana kan?" Dia bertanya sambil melirik ke tanda pengenal yang tergantung di dada saya.
"Benar," jawab saya masih belum mengerti.
"Nah, kartu identitas punya Mas lebih sakti dari punya kami, bisa kemana-mana, jadi tak usah memakai identitas dari kami," ujarnya tetap sambil tersenyum. Saya mengalah dan tak melanjutkan meminta kertas berpita kuning itu.
Yang dia ucapkan sebenarnya tak salah. Jangankan tanda pengenal wartawan Istana, tanda pengenal dari kantor saya pun sudah cukup sakti. Buktinya, banyak sudah teman-teman yang terbebas dari razia lalu-lintas atau dipermudah saat berurusan di sebuah instansi.
Hanya saja, baru kali ini saya mendengar langsung ada yang mengucapkan tentang "kesaktian" tanda pengenal wartawan Istana. Dan dia juga tak bohong. Terbukti ketika akan memasuki ruangan tempat acara, saya tak berlama-lama melewati pemeriksaan petugas dari Paspampres.
Kalau cukup sakti dimata Paspampres, mungkin layak pula dicobakan di tempat lain. Jangan-jangan tanda pengenal ini jago kandang, hanya sakti saat berurusan dengan Paspampres. Tapi, pikiran nakal itu saya singkirkan jauh-jauh. Tak boleh ada noda sepanjang saya menekuni profesi ini.
1 komentar:
Casino Poker - Play Online for Real Money.
Casino Poker allows you to 라이트닝 바카라 play online with your real money money or 승인전화없는 토토 real money. 포커 규칙 Learn 토토 프로토 more in our Casino 벳 센세이션 Poker guide,
Posting Komentar