Sabtu, 10 Agustus 2013

Blusukan di Tengah Kebakaran Gedung Setneg


Kamis, 21 Maret 2013

Di akhir agenda Presiden yang padat pada Kamis ini, sebuah kebakaran hebat melanda kompleks Sekretariat Negara. Gedung Utama Setneg terbakar saat Presiden masih bersama sejumlah menteri membahas masalah ekonomi di Kantor Presiden. Meski kebakaran tak terjadi di kompleks Istana, tetap saja kejadian ini mengejutkan karena sangat dekat dengan Istana Negara, hanya berjarak sekitar 30 meter.

Ada kepanikan dan semuanya berlangsung cepat. Pintu masuk Setneg langsung ditutup dan dijaga ketat petugas bersenjata lengkap. Kawasan seputar Istana dan Setneg dengan cepat 'dikepung' mobil patroli kepolisian. Jalan Veteran yang berada di bagian belakang kompleks Istana dan Setneg ditutup untuk kendaraan umum. Tak terkecuali di dalam kompleks Istana, sejumlah petugas Paspampres berpakaian tempur menjaga tangga Istana Negara. Presiden dan keluarga pun diungsikan ke Wisma Negara.

Karena kebakaran terjadi di lokasi yang menjadi simbol negara, upaya pemadaman pun berlangsung cepat. Hanya 5 menit sejak kebakaran mulai berkobar, mobil pemadam sudah berdatangan. Sebanyak 37 mobil pemadam mengepung kompleks Setneg. Meski pompa hidran di depan gedung yang terbakar tak berfungsi, api yang menjilat seluruh atap lantai 3 Gedung Utama Setneg bisa cepat padam. Seiring dengan bergantinya sore menjadi malam, kobaran api pun berhasil dipadamkan.

Dengan padamnya api, pihak Setneg dan Istana segera menggelar jumpa pers. Tak banyak keterangan berarti yang bisa didapat dari penjelasan Sekretaris Menteri Sekretaris Negara, Lambock V Nahattands dan Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha. Kebakaran diduga karena korsleting listrik. Tak ada korban jiwa dan seluruh dokumen penting bisa diselamatkan. Lambock sempat pula mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas langkah cepat tanggap Pemprov DKI Jakarta dan Suku Dinas Pemadam Kebakaran menangani musibah ini.

Kendati api tak lagi menyala, suasana di kompleks Setneg makin ramai. Petugas pemadam terus bekerja melakukan pendinginan dan polisi memasang garis polisi di sekitar pintu masuk gedung yang terbakar. Pegawai Setneg, petugas pemadam, polisi, petugas keamanan internal, serta wartawan, memenuhi halaman depan Gedung Utama Setneg. Dalam kondisi yang lumayan gelap, sejumlah media elektronik melakukan siaran langsung.

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB saat saya masih berdiri di bagian samping kanan gedung yang terbakar. Tak jauh dari saya, Lambock dan stafnya terlihat memantau aktivitas anggota pemadam. Tiba-tiba, dari arah belakang saya berdiri, terasa ada pergerakan sejumlah orang yang berjalan cepat ke arah pintu masuk kompleks Istana. Karena gelap, agak susah mengidentifikasi mereka. Yang jelas salah seorang di antaranya mengenakan pakaian lengkap petugas pemadam. Kostum berwarna oranye masih terlihat jelas meski gelap.

Pada saat kelompok ini bergerak menuju pintu masuk kompleks Istana, Lambock dan stafnya ternyata juga melihat dan berteriak mencegah orang-orang yang berjalan terburu-buru itu. Terlambat, mereka tak menuju akses satu-satunya bagi pejalan kaki memasuki Istana, tapi berbelok ke pintu samping gedung yang terbakar. Teriakan Lambock pun makin kencang. Wajar saja, seluruh Gedung Utama Setneg saat ini sudah diberi garis polisi dan menjadi kawasan terlarang untuk dimasuki.

Tapi, entah tak mendengar atau apa, rombongan itu tetap masuk dan Lambock beserta beberapa staf pengamanan internal Setneg terus mengejar mereka. Saking semangatnya mengejar, Lambock pun terjatuh di anak tangga pintu samping Gedung Utama Setneg. Sementara Lambock menunggu di pintu masuk, petugas keamanan merangsek ke dalam dan menaiki tangga mencegah rombongan itu melanjutkan niatnya.

Tak jelas apa yang terjadi di dalam gedung itu. Karena selain gelap gulita, saya juga dilarang masuk ke ruangan. Tak banyak yang melihat insiden ini, hanya saya dan beberapa orang yang menunggu di luar. Terlihat ada cahaya lampu sorot di dalam ruangan dan pembicaraan beberapa orang, meski tak jelas itu siapa. Pak Lambock pun setelah diberitahu oleh stafnya terlihat mulai tenang dan tetap menunggu di depan pintu masuk.

Tak lama kemudian, rombongan 'penerobos' itu menampakkan diri. Dia adalah Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, Subejo, yang sejak sore mengawal pemadaman api di Gedung Setneg. Tak aneh bagi saya, yang membuat kaget adalah munculnya sosok lain di belakang Subejo, yaitu Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi. Lambock pun langsung memeluk Jokowi sembari mengucapkan terima kasih atas bantuan Pemprov DKI Jakarta.

Marah Lambock agaknya sudah sirna dan keduanya terlibat perbincangan hangat kendati diganggu oleh wartawan yang makin ramai berdatangan setelah mengetahui kehadiran Jokowi. Sesuatu yang sudah menjadi pemandangan umum sejak Jakarta dipimpin sosok bersahaja ini. Di mana ada Jokowi pasti ada keramaian dan banyak yang bisa dikabarkan.

Ini pertama kali saya bertemu langsung dengan Jokowi dan melihat aksinya saat memasuki sebuah kawasan tanpa kabar. Tak ada yang tahu kedatangan Jokowi sampai terjadinya insiden tadi. Sayang, aksi blusukan kali ini menabrak garis polisi dan berlokasi di wilayah yang dijaga ketat sehingga tak berjalan mulus. Di atas semua itu, kharisma Jokowi membuat semua itu bisa dimaafkan dan dimaklumi. Entah kalau itu dilakukan orang lain, pastilah bakal banyak pertanyaan yang diajukan. Jadi, selamat Pak Jokowi!

Lambock, Jokowi, dan Subejo


Tidak ada komentar: