Minggu, 15 Maret 2009

Keenan yang Menembus Batas

Suatu malam, akhir Februari lalu, aktivitas membaca saya agak terganggu karena televisi yang tetap menyala saat saya memelototi sebuah buku sayup-sayup memperdengarkan sebuah nada dan lirik yang pernah akrab dengan kuping saya. Perhatian teralihkan dari buku ke layar kaca, seorang pemuda terlihat tengah bernyanyi dengan gaya santai. Namanya terbilang asing buat saya, Vidi Aldiano.

dirimu nuansa-nuansa ilham
hamparan laut tiada bertepi


Demikian antara lain bait-bait lirik lagu itu. Ingatan saya langsung terkoneksi dengan masa lalu, tepatnya puluhan tahun silam, saat masih menjadi seorang bocah yang gemar main kelereng dan layangan. Ketika itulah tembang Nuansa Bening dari Keenan Nasution akrab menyapa dari radio milik penduduk di kampung saya. Beragam penyanyi yang kemudian silih berganti datang, bak musim yang selalu berganti, tak pernah bisa memupus keindahan lagu ini.

Sebaliknya, Keenan seolah sudah membuat tonggak prasasti, bahwa lagu ini akan abadi, tak terlupakan, dan tetap indah didengar dalam suasana apa pun, paling tidak untuk saya sendiri. Nuansa Bening, buat saya, lahir terlalu cepat sebelum masanya. Ketika di tahun 1979, saat lagu ini dirilis, genre musik yang ditawarkan Keenan terbilang aneh. Ketika itu, Rinto Harahap dan Pance Pondaag sedang menjadi mainstream, sedangkan Keenan nyaris tak banyak yang mengenal.

Bahkan ketika Obbie Messakh, Dedy Dhukun, dan deretan pencipta lagu serta penyanyi lainnya menyerbu di kurun 90-an, musik yang mereka tawarkan tetap saja terkesan biasa, datar, dan gampang dilupakan. Mungkin hanya Iwan Fals ketika itu yang bisa membuat perbedaan, musiknya baru sekaligus digemari. Ketika itu, Keenan tetap saja jauh dari popularitas. Selain karena terbilang "pelit" berkarya, musik Keenan ketika itu dianggap terlalu "elite" untuk masanya.

Tahun 1989, Keenan lagi-lagi membuat saya terhenyak. Bergabung dengan Gank Pegangsaan, vokal dia kembali menyengat kuping saya lewat lagu Dirimu. Musik yang ditawarkan serta liriknya lagi-lagi tidak mengikuti mainstream. Tapi, sulit untuk menipu diri sendiri bahwa lagu ini sangat empuk di kuping.

buram kaca jendela
semuram waktu yang berlalu

sedang kumasih menunggu

Liriknya yang tentang cinta tak jatuh menjadi cengeng, musiknya yang sebenarnya sederhana pun terasa sangat berbeda dari lagu-lagu Indonesia kebanyakan. Karena itulah saya menjadikan kedua lagu Keenan tersebut masuk ke dalam jajaran mahakarya musisi Indonesia.

Rada Krishnan Nasution, demikian nama lengkap Keenan, jelas bukan musisi serba jadi. Dunia musik secara serius digelutinya ketika baru duduk di bangku SMP. Lagu-lagu The Features dan The Shadow merupakan santapan sehari-hari yang dimainkan Keenan bersama kawan-kawannya. Satu hal yang mengagumkan adalah kemampuan Keenan memainkan alat musik yang tergolong multiinstrumen. Kemampuan ini dimilikinya dengan cara belajar secara otodidak, ditambah dengan berlatih secara rutin untuk meningkatkan kemampuan.

Bahkan, sebelum Nuansa Bening dirilis, Keenan dan teman-temannya di tahun 1972 sudah menjajal tanah yang menjadi pusat musik dunia, Amerika Serikat. Dia tampil dari panggung ke panggung di New York sebelum pulang ke Tanah Air di tahun 1975. Selain itu, Keenan juga dikenal sebagai musisi yang kerap diajak bekerja sama oleh musisi papan atas Indonesia.

Kini, ketika Nuansa Bening kembali dipopulerkan oleh Vidi, tetap saja auranya hilang. Logis memang, karena versi Keenan sudah lebih dulu mencuri perhatian. Juga, lewat vokal Vidi, Nuansa Bening jatuh menjadi lagu yang "ringan" dan "manis". Padahal, lagu ini begitu serius dan monumental melalui vokal Keenan.

Ketika adik saya yang masih duduk di bangku SMA mendengar Nuansa Bening versi Vidi, dia berkomentar, "Enak juga lagunya ya," ujarnya. Saya hanya tersenyum. Saya yakin dia akan kaget kalau saya katakan bahwa lagu ini sudah menjadi teman tidur saya saat dia masih berada di surga.[]




Nuansa Bening ver. Vidi Aldiano (2008)


Nuansa Bening ver. Keenan Nasution (1979)


Dirimu - Gank Pegangsaan (1989)





Video klip Nuansa Bening ver. Vidi Aldiano




Video klip Nuansa Bening ver. Keenan Nasution




Nuansa Bening

Oh tiada yang hebat
dan mempesona

ketika kau lewat
di hadapanku

biasa saja


Waktu pertalian
terjalin sudah

ada yang menarik
pancaran diri

terus mengganggu

Mendengar cerita sehari-hari
yang wajar tapi tetap mengasyikkan


Oh tiada kejutan
pesona diri

pertama kujabat
jemari tanganmu

biasa saja


Masa perkenalan
lewatlah sudah

ada yang menarik
bayang-bayangmu

tak mau pergi

Dirimu nuansa-nuansa ilham
hamparan laut tiada bertepi


Kini terasa sungguh

semakin engkau jauh

semakin terasa dekat


Akan tumbuh kembangkan

kasih yang engkau tanam

di dalam hatiku


Menatap nuansa-nuansa bening

tulusnya doa bercinta




Dirimu

Di bening malam ini
Resah rintik gerimis datang

Menghanyutkan sinar rembulan


Buram kaca jendela

Semuram waktu yang berlalu

Sedang kumasih menunggu


Ungkapan rasa
dari keinginan baikku

Untuk bersama

menempuh jalan hidup

Tak usahlah kauingat

bayangan gelap kenyataan

diri tanpa sutradara


Relakan niat tangan

menghapus noda kehidupan

dirimu di hadapanku


Tetaplah putih

Demi keinginan baikku

Untuk bersama

menempuh jalan hidup


Reff.

Kuingin s'lalu dekatmu

Sepanjang hidupku

Membawamu
ke puncak bahagia

Kuingin s'lalu dekatmu

Nikmati mentari

Mendekapmu
di bawah cahayanya

Bagimu raihlah kehidupan



2 komentar:

Anonim mengatakan...

Keenan Nasution... (woot)
ya ya.. saya pun sempat membuat baby sitter anak saya shock ketika mengetahui bahwa lagu itu adalah lagu lama bahkan lebih tuwa dari umurnya... mwahahahaha

Anonim mengatakan...

Wah...wah! Ternyata sang pegasus punya jiwa romantis juga thoo... Wakakak... Anyway, dengerin tuh lagu emang jd malu sm umur...