Untuk agenda-agenda tertentu, kegiatan Presiden biasanya mengumpulkan banyak menteri dan pejabat tinggi negara lainnya. Misalnya ketika ada agenda rapat kabinet paripurna di Kantor Presiden, dipastikan seluruh menteri akan hadir tanpa kecuali. Atau ketika ada agenda pencanangan sebuah program di Istana Negara, tak hanya menteri, pimpinan lembaga tinggi negara lainnya juga akan hadir.
Saat itu pula, pelataran parkir yang berada di belakang Istana Negara atau di samping Jalan Veteran, akan penuh dengan mobil para pejabat. Mobil-mobil bagus yang didominasi sedan itu akan berjejer rapi. Umumnya mobil-mobil dengan nomor polisi satu dan dua digit itu adalah Toyota Crown Royal Saloon. Mobil ini memang kendaraan dinas para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, setelah mobil dinas menteri KIB I yaitu Toyota Camry tak lagi digunakan.
Dari periode ke periode, jenis atau merek mobil dinas menteri atau pejabat memang selalu berganti. Dari waktu ke waktu pula harganya makin mahal dan kendaraannya makin mewah. Tak heran kalau pengadaan Toyota Crown Royal Saloon ini juga menimbulkan kontroversi, karena harganya diperkirakan 2 kali lipat dari harga mobil dinas sebelumnya. Mobil ini memang termasuk kelas paling mewah yang diproduksi Toyota.
Di Jepang, perusahaan-perusahaan sering menjadikan mobil ini untuk kendaraan tamu-tamu mereka. Gengsi Toyota Crown Royal dianggap sekelas dengan BMW seri 5, Audi A6, Volvo S80, Jaguar Tipe S dan X, atau Mercedes Benz seri E. Harganya juga bikin ngiler, karena jika dibeli di Indonesia dengan mata uang rupiah, butuh uang Rp 1 miliar lebih. Jauh di atas harga Camry yang hanya sekitar Rp 650 juta. Dari sisi tampilan, menteri-menteri di era terdahulu dijamin iri melihat cantiknya mobil ini.
Misalnya saja menteri di era Presiden Sukarno yang mendapat tunggangan sebuah Dodge Dart sebagai mobil dinasnya. Pada Kabinet Presiden Soeharto, sedan Volvo yang menjadi pilihan. Seri 264 GL yang berkesan eksklusif dan mewah dipakai sejak 1978. Tampilan yang klasik itu membuat Volvo dianggap pas untuk menambah wibawa para pejabat tinggi. Tak heran, pada masa-masa ini Volvo dianggap sebagai kendaraannya para pejabat. Setiap ada Volvo yang lewat, seolah di dalamnya ada pejabat. Padahal bisa saja pemiliknya adalah pengusaha atau orang kaya yang baru dapat warisan.
Lumayan lama mobil ini menjadi kendaraan dinas para menteri dan pejabat Indonesia. Bahkan, pada era Kabinet Reformasi yang dipimpin Presiden BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri, Volvo masih menjadi pilihan meski dengan tipe berbeda, yaitu Volvo 960. Mobil ini merupakan bekas Konferensi Tingkat Tinggi APEC 1992. Saat itu Soeharto memborong mobil yang disediakan bagi para pemimpin sejumlah negara.
Pada awal masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kejayaan Volvo sebagai mobilnya pejabat terhenti karena digantikan Toyota Camry V6. Mobil ini dipakai para pejabat negara, yaitu 34 menteri kabinet, 3 pejabat setingkat menteri, dan para pemimpin lembaga tinggi negara seperti Ketua DPR, Ketua DPD, Ketua BPK, Ketua MK, dan Ketua MA. Cuma satu periode Camry berjaya, karena saat KIB II terbentuk, para menteri dan pejabat lainnya juga dapat mobil baru, ya yang itu tadi, Toyota Crown Royal Saloon.
Jadi bisa dibayangkan ramainya pelataran parkir Istana oleh deretan mobil mewah hari ini. Acaranya memang istimewa, yaitu peringatan Hari Antikorupsi Sedunia. Yang hadir lumayan lengkap, selain menteri ada juga pimpinan lembaga tinggi negara serta seluruh gubernur. Dengan beragamnya pejabat yang hadir, kendaraan yang parkir pun tak lagi didominasi oleh Toyota Crown Royal Saloon. Yang pasti, semuanya mobil mewah dan berwarna hitam.
Dari semuanya, ada satu mobil yang mencuri perhatian saya. Sebuah Toyota NAV1 (kerap disebut Toyota Noah) ikut menyempil di antara deretan sedan mewah itu. Perbedaan lainnya, mobil ini menggunakan pelat nomor kendaraan berwarna merah sebagai tanda kalau mobil ini milik negara. Sama dengan mobil para menteri atau pejabat lainnya yang dibeli dengan uang negara, sebatas yang saya tahu semuanya memang harus menggunakan pelat nomor berwarna merah. Tapi, hanya mobil yang satu ini berani tampil beda, memasang pelat nomor berwarna merah di antara lautan sedan berpelat nomor hitam.
Jujur saja, ini sedikit membuat saya penasaran tentang siapa pemilik mobil dengan nomor polisi B 1280 SQP tersebut. Pejabat mana sekarang ini yang mau terang-terangan menempelkan pelat nomor berwarna merah di mobil mereka, apalagi saat berada di Istana? Umumnya, seorang pejabat akan merasa gengsi jika diketahui menggunakan mobil milik negara yang ditandai dengan pemasangan pelat merah. Karena itulah saya belum pernah melihat mobil menteri atau pejabat tinggi yang datang ke Istana menggunakan pelat merah.
Selain sebagai satu-satunya mobil pejabat yang berpelat merah di Istana siang ini, Toyota Noah juga boleh dikatakan sebagai mobil yang harganya paling murah dibandingkan kendaraan pejabat lainnya. NAV1 adalah mobil berjenis MPV 8 kursi dengan 2 pintu geser yang diproduksi oleh Toyota Motor Company dan hanya dijual di pasar Asia. Diluncurkan pertama kali tahun 2001, mobil ini diposisikan di bawah Toyota Alphard dan Estima. Di Indonesia, mobil ini diluncurkan dengan 2 tipe, yaitu tipe G dan V yang masing-masing dihargai 378 dan 398 juta rupiah. Mobil ini diluncurkan untuk mengisi celah antara Alphard dan Kijang Innova.
Untuk menutupi rasa penasaran itu, usai acara di Istana Negara saya langsung menuju pelataran parkir sambil menunggu para pejabat keluar. Tak lama kemudian, satu per satu wajah yang umumnya sangat familiar itu bermunculan. Kapolri Jenderal Sutarman langsung dikerubungi wartawan yang menanyakan soal namanya yang disebut-sebut dalam kasus Hambalang. Menteri Perhubungan EE Mangindaan ditanya seputar kecelakaan kereta yang menabrak mobil pembawa BBM.
Pelataran parkir makin ramai dengan kemunculan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi yang ditanya soal kampanye kondom gratis. Sedangkan Ketua PPATK Muhammad Yusuf ditanya soal dana siluman di rekening milik parpol menjelang pemilu. Demikian pula dengan Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan yang juga Ketua Harian Partai Demokrat menanggapi perseteruan Ruhut Sitompul dan seorang pengamat politik di televisi swasta yang berujung dengan pelaporan ke kepolisian.
Menteri dan pejabat makin banyak keluar dari pintu Istana Negara. Sejumlah gubernur dan koleganya juga terlihat berkumpul dan janjian untuk makan siang bersama di luar. Tapi, tak ada di antara mereka itu yang menaiki Toyota Nav1. Wartawan pun masih berkumpul karena ada sejumlah pejabat lainnya yang belum terlihat keluar, seperti Jaksa Agung Basrief Arief, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Ketua KPK Abraham Samad dan Ketua MK Hamdan Zoelva.
Tak lama kemudian terlihat Abraham Samad muncul di pelayeran parkir. Wartawan lagi-lagi mengerubungi pria asal Makassar ini. Saat ditanya soal tidak hadirnya Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah memenuhi panggilan pemeriksaan oleh KPK, dia bersuara keras yang kemudian banyak dikutip oleh media massa nasional.
"Sebagai warning saya, yang bersangkutan Ibu Atut nanti dalam pemanggilan berikutnya harus memenuhi pannggilan, harus datang. Kalau yang bersangkutan tidak datang, KPK akan datang ke Banten menjemput," tegasnya.
Selesai memuaskan dahaga wartawan akan kalimat yang layak jual, Abraham berjalan terus ke pelataran parkir dan membuka pintu mobil Toyota Noah berpelat merah. Ternyata Ketua KPK yang menjadi 'pemilik sementara' mobil ini. Rasa penasaran itu akhirnya terbayar sudah. Di Istana Presiden, Abraham telah membuat sebuah perbedaan di Hari Antikorupsi. Pesan moral dari kisah ini, tak perlu naik mobil mewah berpelat hitam untuk menampilkan kinerja terbaik.***
Mobil para menteri dan pejabat negara berjejer rapi
Suasana pelataran parkir Istana Negara yang dipenuhi kendaraan para pejabat negara
Toyota NAV1 atau Toyota Noah (autobild.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar