Senin, 23 Agustus 2010

Suatu Malam di Nannini

Seorang teman mengatakan bahwa sop buntut paling enak itu ada di Plaza Senayan. Karena memang jarang bertandang untuk makan di PS, lantaran harga-harga makanan di sana yang kurang bersahabat dengan kantong, saya tak begitu peduli. Paling kalau ke PS untuk nonton, itu pun jarang-jarang karena harga tiket bioskop di Senayan City masih lebih terjangkau ketimbang di PS.

Dan lagi, gerai makanan yang ada di PS agak kurang familiar namanya bagi saya, bahkan mengeja namanya pun sering salah. Jadi, promosi teman itu saya anggap angin lalu. Daripada sok gaya menjajal makanan di gerai-gerai yang memiliki nama aneh itu, lebih baik ke ruman makan Padang atau warteg, jelas rasa dan pasti harganya. Kalau lagi mau bergaya ya cari fastfood yang standar macam McDonald atau KFC. Asal jangan Burger King aja.

Namun, suatu hari saya diajak teman ini untuk mencicipi sop buntut favoritnya itu. Acaranya dalam rangka merayakan diterimanya seorang teman bekerja di sebuah grup perusahaan besar di Jakarta. Kita berempat, ketika itu, akhirnya menikmati suguhan sop buntut ditemani susu cokelat yang panas dan diakhiri dengan banana split. Oya, nama gerai tempat kami makan itu Nannini. Adanya di lantai dua atau dua kali naik eskalator.

Ternyata promosi itu tak salah. Sop buntut yang digembar-gemborkan itu memang lezat, sesuai dengan harga yang ditawarkan. Selain dagingnya yang sangat empuk, bumbu sopnya juga sangat pas. Jadi, niat sang teman untuk mencari teman satu selera berhasil sepertinya. Bahkan, beberapa waktu kemudian saya juga sibuk menceritakan lezatnya itu sop buntut ke beberapa orang teman.

Nah, salah satu korban dari cerita saya adalah teman lama sejak masa sekolah dulu. Karena kebetulan dia akan merayakan ulang tahun ke......, udah tua pokoknya, maka direkomendasikan saja Nannini. Dia setuju, karena sebelumnya udah diceritakan soal sop buntut di tempat itu. Maka, pertengahan Juli silam, berempat kami memesan tempat di Nannini, sekitar pukul 20.00 WIB.

Teman yang berulang tahun pun akhirnya mengakui kalau sop buntut itu enak. Dia pun tak terlihat keberatan ketika harus mengeluarkan kartu kredit guna membayar semua pesanan kami. Ternyata, promosi dari mulut ke mulut itu kembali membuktikan keampuhannya sebagai salah satu teknik pemasaran. Nah, silahkan menikmati ekspresi kami yang tengah menyantap sop buntut Nannini.



Semangkok sop buntut yang empuk memang menggoda rasa


Bincang-bincang diundur sampai selesai bersantap, semua fokus ke makanan...


Satu-satunya wanita di rombongan kami, Cut Nursyanti


Cut dipinjam dulu dari Arex buat bergaya


Ini dia Arex, yang pertama kali mempromosikan sop buntut Nannini pada kami


Yang satu fans Lionel Messi, satunya lagi suka Fabio Cannavaro


Cut bersama pria yang paling baik malam itu, karena mentraktir kami


Kasihan Dedy, datang sendiri karena sang istri tibat-tiba sakit


Saat foto ini diunggah, istri Dedi sudah hamil sekitar satu bulan


Senyum optimis seorang calon ayah


Kalau ini wajah pesimis untuk melangsungkan pernikahan


Kalau ini wajah polos dan ikhlas menunggu datangnya pendamping


Tanda-tanda akan sosok itu sudah dibisikin oleh Cut


Pada pertemuan berikutnya semoga jumlah pria dan wanita bisa imbang, amin...

Tidak ada komentar: