Tak bisa disangkal, kekuasaan dan pengaruh seorang presiden sungguh besar. Tak terkecuali Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Itu dibuktikan saat yang bersangkutan datang mengunjungi SCTV Tower, termasuk bertandang ke Newsroom di lantai 9, pada Rabu siang 20 Mei lalu. Bukan soal kunjungannya yang menarik, tapi sebuah proses lain yang mengawali kunjungan itu.
Saya masih ingat, kami pindah ke gedung baru di SCTV Tower Senayan City tepat pada tanggal 1 Februari 2008. Sesaat sebelum pindah dari Gedung Mitra di Jalan Gatot Subroto, seluruh karyawan diminta untuk mengepas seragam. Ini memang kali pertama bagi karyawan SCTV untuk memiliki seragam. Sebelumnya memang ada seragam tak resmi berlogo Piala Dunia 2006 yang diwajibkan dipakai dua kali sepekan. Tapi, kewajiban tersebut gugur seiring berakhirnya perhelatan akbar itu.
Kali ini agaknya seragam yang akan digunakan bakal bersifat permanen untuk membedakan karyawan SCTV dengan karyawan televisi lain yang sudah lebih dulu memiliki seragam. Sebagian terlihat bersemangat mengepas baju, sebagian lagi ogah-ogahan. Yang kurang bersemangat beralasan bahwa mengenakan seragam hanya akan mengurangi kebebasan berekspresi. Alasan ini umumnya dianut oleh mereka yang ada di Newsroom, karena sehari-hari terbiasa berpakaian santai. Sebagian lain beralasan warna dan corak seragamnya kurang menarik. Saya sendiri sependapat dengan alasan yang terakhir.
Menurut perkiraan, sesaat setelah menempati gedung baru, seragam baru pun bakal segera dibagikan. Ternyata perkiraan itu meleset. Berbulan-bulan menunggu, seragam itu tak kunjung datang. Bahkan, kami hampir lupa akan memiliki seragam ketika suatu hari sekretariat redaksi Liputan 6 meminta kami untuk menandatangani pengambilan seragam. Sejak itu, sepanjang Senin hingga Rabu, kami mengenakan seragam berwarna abu-abu. Semuanya kemudian berjalan seperti biasa, sampai suatu hari di awal Mei lalu....
Tak ada gosip tak ada rumor, lagi-lagi kami diminta mengepas pakaian untuk seragam baru. Ada semangat baru karena warna dan bahan seragam ini lebih menjanjikan. Tapi semangat itu kembali tenggelam karena membayangkan panjangnya masa penantian untuk mendapatkan seragam tersebut. Tapi, bisik-bisik yang terdengar mengatakan bahwa seragam itu akan dibagikan dalam waktu dekat, tepatnya sebelum tanggal 20 Mei karena akan dikenakan untuk menyambut kedatangan Presiden Yudhoyono.
Memang, kabar kunjungan sang RI-1 sudah lama terdengar. Banyak momen yang mengiringi kunjungan itu. Selain untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional, juga untuk memperingati HUT ke-13 Liputan 6 SCTV dan peluncuran portal liputan6.com wajah baru. Pada saat yang sama Presiden Yudhoyhono juga akan meresmikan konsorsium televisi digital dan menggelar telekonferensi dengan masyarakat terpencil di lima wilayah di Indonesia.
Hebatnya, Selasa malam tanggal 19 Mei, seragam baru itu dibagikan. Kami kaget karena tak menyangka bakal secepat itu mendapatkannya. Berkaca pada pengalaman sebelumnya, paling tidak pada malam Tahun Baru 2010 seragam itu dibagikan. Kepada kami juga diingatkan untuk mengenakan seragam itu esok harinya, tepat saat kedatangan presiden. Belakangan diketahui, pembuatan seragam itu memang dikebut dan diprioritaskan untuk karyawan yang nantinya akan bertemu langsung dengan sang presiden.
Dan memang, penghuni Newsroom terlihat lebih kinclong dengan seragam baru ini saat berdiri berjejer menunggu kedatangan Presiden Yudhoyono dan rombongan. Pak Presiden juga terlihat sumringah saat bersalaman dengan kami. Tidak jelas, apakah senyum beliau karena kagum pada kami atau karena warna seragam baru yang tak jauh-jauh dari warna logo partai yang mengusung beliau. Yang jelas, kunjungan itu berjalan lancar dan seragam baru telah berhasil menjalankan misinya. Kalau saja tahun ini Presiden RI tak punya agenda ke SCTV Tower, besar kemungkinan kami masih akan mengenakan seragam abu-abu.
Begitu hebatnya pengaruh seorang presiden. Tak heran jika Megawati Sukarnoputri yang sudah kalah pamor pada pemilihan presiden 2004 tetap nekat mencalonkan diri lagi. Bahkan, Wiranto rela menurunkan pangkat menjadi calon wakil presiden setelah tak berkutik sebagai penantang capres pada pilpres sebelumnya. Yang menjadi pertanyaan, jika presiden mendatang (siapa pun yang terpilih) kembali berkunjung ke SCTV Tower, apakah kami-kami akan mendapatkan seragam baru lagi? Kalau iya, kira-kira apa lagi warna seragamnya yaaa...
Saya masih ingat, kami pindah ke gedung baru di SCTV Tower Senayan City tepat pada tanggal 1 Februari 2008. Sesaat sebelum pindah dari Gedung Mitra di Jalan Gatot Subroto, seluruh karyawan diminta untuk mengepas seragam. Ini memang kali pertama bagi karyawan SCTV untuk memiliki seragam. Sebelumnya memang ada seragam tak resmi berlogo Piala Dunia 2006 yang diwajibkan dipakai dua kali sepekan. Tapi, kewajiban tersebut gugur seiring berakhirnya perhelatan akbar itu.
Kali ini agaknya seragam yang akan digunakan bakal bersifat permanen untuk membedakan karyawan SCTV dengan karyawan televisi lain yang sudah lebih dulu memiliki seragam. Sebagian terlihat bersemangat mengepas baju, sebagian lagi ogah-ogahan. Yang kurang bersemangat beralasan bahwa mengenakan seragam hanya akan mengurangi kebebasan berekspresi. Alasan ini umumnya dianut oleh mereka yang ada di Newsroom, karena sehari-hari terbiasa berpakaian santai. Sebagian lain beralasan warna dan corak seragamnya kurang menarik. Saya sendiri sependapat dengan alasan yang terakhir.
Menurut perkiraan, sesaat setelah menempati gedung baru, seragam baru pun bakal segera dibagikan. Ternyata perkiraan itu meleset. Berbulan-bulan menunggu, seragam itu tak kunjung datang. Bahkan, kami hampir lupa akan memiliki seragam ketika suatu hari sekretariat redaksi Liputan 6 meminta kami untuk menandatangani pengambilan seragam. Sejak itu, sepanjang Senin hingga Rabu, kami mengenakan seragam berwarna abu-abu. Semuanya kemudian berjalan seperti biasa, sampai suatu hari di awal Mei lalu....
Tak ada gosip tak ada rumor, lagi-lagi kami diminta mengepas pakaian untuk seragam baru. Ada semangat baru karena warna dan bahan seragam ini lebih menjanjikan. Tapi semangat itu kembali tenggelam karena membayangkan panjangnya masa penantian untuk mendapatkan seragam tersebut. Tapi, bisik-bisik yang terdengar mengatakan bahwa seragam itu akan dibagikan dalam waktu dekat, tepatnya sebelum tanggal 20 Mei karena akan dikenakan untuk menyambut kedatangan Presiden Yudhoyono.
Memang, kabar kunjungan sang RI-1 sudah lama terdengar. Banyak momen yang mengiringi kunjungan itu. Selain untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional, juga untuk memperingati HUT ke-13 Liputan 6 SCTV dan peluncuran portal liputan6.com wajah baru. Pada saat yang sama Presiden Yudhoyhono juga akan meresmikan konsorsium televisi digital dan menggelar telekonferensi dengan masyarakat terpencil di lima wilayah di Indonesia.
Hebatnya, Selasa malam tanggal 19 Mei, seragam baru itu dibagikan. Kami kaget karena tak menyangka bakal secepat itu mendapatkannya. Berkaca pada pengalaman sebelumnya, paling tidak pada malam Tahun Baru 2010 seragam itu dibagikan. Kepada kami juga diingatkan untuk mengenakan seragam itu esok harinya, tepat saat kedatangan presiden. Belakangan diketahui, pembuatan seragam itu memang dikebut dan diprioritaskan untuk karyawan yang nantinya akan bertemu langsung dengan sang presiden.
Dan memang, penghuni Newsroom terlihat lebih kinclong dengan seragam baru ini saat berdiri berjejer menunggu kedatangan Presiden Yudhoyono dan rombongan. Pak Presiden juga terlihat sumringah saat bersalaman dengan kami. Tidak jelas, apakah senyum beliau karena kagum pada kami atau karena warna seragam baru yang tak jauh-jauh dari warna logo partai yang mengusung beliau. Yang jelas, kunjungan itu berjalan lancar dan seragam baru telah berhasil menjalankan misinya. Kalau saja tahun ini Presiden RI tak punya agenda ke SCTV Tower, besar kemungkinan kami masih akan mengenakan seragam abu-abu.
Begitu hebatnya pengaruh seorang presiden. Tak heran jika Megawati Sukarnoputri yang sudah kalah pamor pada pemilihan presiden 2004 tetap nekat mencalonkan diri lagi. Bahkan, Wiranto rela menurunkan pangkat menjadi calon wakil presiden setelah tak berkutik sebagai penantang capres pada pilpres sebelumnya. Yang menjadi pertanyaan, jika presiden mendatang (siapa pun yang terpilih) kembali berkunjung ke SCTV Tower, apakah kami-kami akan mendapatkan seragam baru lagi? Kalau iya, kira-kira apa lagi warna seragamnya yaaa...
Rabu pagi ruangan Newsroom di lantai 9 masih sepi, meski hari ini adalah HUT Liputan 6 SCTV dan Hari Kebangkitan Nasional.
Suasana kerja tetap seperti biasa, meski sejumlah anggota Paspampres sudah mulai menyisir ruangan untuk mengamankan kedatangan RI-1.
Usai tayangan Liputan 6 Siang, datang pemberitahuan bahwa Presiden RI sudah memasuki loby SCTV Tower, awak Liputan 6 di lantai 9 mulai bersiap menyambut beliau dengan memamerkan seragam barunya.
Suasana menunggu dimanfaatkan untuk berfoto ria, sampai2 yang punya blog pun terjepit di belakang cewek2 narsis.
Ini dia calon penggoda Ibas, putra kedua Pak SBY yang disebutkan ikut dalam rombongan Kepala Negara.
Tiga presenter SCTV yang bertindak sebagai host pun mulai bersiap. Nova Rini, David Silahoij, dan Duma Riris mulai menenar senyum manis. Mau ketemu Pak Presiden, gitu lohh...
Dipandu pimpinan News Center Liputan 6, Presiden SBY dan rombongan melongok studio pemberitaan yang ada di lantai 9.
Pak Presiden pun memberi ucapan selamat HUT ke-13 Liputan 6. Sayang, karena berdesak2an hasil fotonya kurang bagus. Tapi tak apa, yang penting momennya.
Usai berkeliling di Newsroom, rombongan Kepala Negara menuruni tangga ke lantai 8 yang memiliki akses langsung ke ruangan pertemuan di The Hall Senayan City.
Nova Rini pun masih sempat bergaya saat menuruni tangga. Happy betul doi ketemu sang idola.
Acara peluncuran konsorsium televisi digital kerja sama SCTV-ANTV-Trans TV-TVOne-Metro TV dan peringatan Harkitnas dibuka dengan penampilan live band Cokelat dengan lagu Bendera.
Usai kata sambutan dari Presiden dan Menteri Komunikasi dan Informatika, giliran Nidji yang menghentak dengan tembang Laskar Pelangi. Menyusul kemudian Bunga Citra Lestari yang membawakan tembang Pernah Muda.
Selanjutnya Presiden berdialog melalui videoconference dengan masyarakat di Kabupaten Kerom (Papua), Saumlakki (Maluku), Nunukan (Kalimantan Timur), dan Lumajang (Jawa Timur). Pada kesempatan yang sama, Kepala Negara juga berdialog dengan masyarakat Indonesia yang ada di di Tokyo, Jepang, dan Den Haag, Belanda. Di bagian akhir, Pak SBY dipertemukan dengan Sribanun, ibu guru beliau waktu SD di Pacitan dulu. Mata beliau berkaca2 dan suaranya jadi serak saat bercerita tentang sang guru.
Usai acara, Rabu petang, pekerjaan rutin sudah menunggu.
Meski lelah, yang penting hajatan tahunan ini berjalan sukses. Yang tidak sukses hanya hasil jepretan kamera yang hampir semuanya buram. Tapi, biarlah buram, maknanya tetap saja pada peristiwanya.